Sumber Daya Terbarukan
Ketersediaan bahan bakar cair yang berasal dari
minyak bumi, gas bumi dan batu
bara akan kian
berkurang karena cadangan
sumber-sumber daya fosil tersebut makin menyusut.
Akan tetapi seiring dengan
pertumbuhan pesat ekonomi negara-negara berkembang, kebutuhan
bahan bakar cair terus meningkat. Selain
itu, penggunaan
bahan bakar fosil juga menyebabkan terjadinya pemanasan global (global
warming) akibat pelepasan CO2-fosil dan gas-gas rumah kaca ke
atmosfir bumi.
Oleh karena ini, adanya biodiesel dari minyak nabati yang
berasal dari sumber daya terbarukan dewasa ini sangat dikehendaki.
Minyak-Lemak-Nabati
Minyak-lemak nabati
merupakan sumber potensial bahan bakar cair terbarukan. Hal ini tidak hanya disebabkan karena wujudnya yang
cair melainkan juga karena komponen penyusun utamanya (sekitar 85 – 90 %)
adalah asam-asam lemak, yaitu kelompok senyawa yang secara molekuler sangat
dekat dengan hidrokarbon sebagai penyusun utama bahan bakar minyak atau BBM
(hidrokarbonº CnHm,
asam lemak º CnHm-1COOH
atau secara tulisan : CnHmCO2).
Saat ini telah dikenal paling sedikitnya 3
bahan bakar cair terbarukan berbasis minyak-lemak nabati : minyak nabati murni
(pure plant oil, PPO, atau straight vegetable oil, SVO), biodiesel
EMAL/FAME (ester metil asam-asam lemak atau fatty
acids methyl ester), dan bahan bakar hidrokarbon cair terbarukan seperti biohydrofined diesel (BHD) dan bioavtur
(jet biofuel).
Seiring dengan pertumbuhan industri
bahan-bahan bakar cair ini, pengembangan perkebunan pohon-pohon potensial
penghasil minyak-lemak nabati non-pangan, untuk menghindari kompetisi
pangan versus bahan bakar, kini giat dilakukan orang di berbagai penjuru dunia.
Biodiesel dari minyak nabati yang menjadi alternatif tersebut diantaranya minyak jarak, minyak biji kapok, minyak mabai, minyak kemiri sunan.
Posting Komentar
Posting Komentar